PETTA BARINGENG

Jumat, 26 Agustus 2011


Mengapa Memilih Ilmu Komunikasi Di Perguruan Tinggi?
Oleh JAMAL HASAN BASIR    
Mengapa memilih ilmu komunikasi (communication studies) di perguruan tinggi merupakan salah satu pertanyaan yang sering dilontarkan student/siswa yang sedang duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Tulisan ini akan sedikit menjelaskan kepada kalian mengapa sih harus memilih jurusan ilmu komunikasi di perguruan tinggi.
 Kebutuhan akan kemampuan dalam berkomunikasi yang baik dan efektif merupakan suatu kenyataan yang tidak perlu dipertanyakan lagi saat ini. Kalangan profesional harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik agar dapat melejitkan karirnya di dunia profesional. Kalangan politik juga harus memiliki kemampuan komunikasi yang memadai untuk dapat melobi dan memenangkan suatu pemilihan. Bahkan, seorang dokter pun harus tahu cara yang baik untuk berkomunikasi dengan pasiennya agar pengobatan dokter tersebut berhasil. Nah, dengan belajar ilmu komunikasi kalian akan diajarkan bagaimana memahami komunikasi dan cara membangun komunikasi yang efektif.
 Mahasiswa ilmu komunikasi akan belajar bagaimana menganalisis sebuah tulisan, gambar, video, percakapan, dan berbagai pesan-pesan elektronik yang dilihat melalui perspektif ilmu-ilmu sosial. Mahasiswa komunikasi juga akan belajar bagaimana meghasilkan pesan yang menjadi sarana ekspresi artistik dan fungsional.
 Ilmu komunikasi juga merupakan salah satu jurusan favorit bidang IPS diberbagai perguruan tinggi didunia beberapa tahun belakangan ini. Mahasiswa ilmu  komunikasi juga akan diajarkan bagaimana mengembangkan kemampuan dan pengetahuan dibidang komunikasi yang sangat penting dalam perkembangan dunia diabad 21 ini.

Ilmu Komunikasi akan membantu anda memahami cara tatap muka dan pengaruh berbagai media komunikasi dalam kehidupan sehari-hari baik itu dalam dunia kerja, interaksi sosial, opini publik, hubungan masyarakat/public relations, kegiatan ekonomi, dan kegiatan dibidang politik.
 Tak hanya itu, anda juga akan belajar cara menganalisis dan mengevaluasi praktik komunikasi secara kritis, belajar bagaimana cara berkomunikasi baik secara verbal maupun non-verbal. Anda juga akan dipersiapkan untuk pindah ke sejumlah profesi di mana Anda akan menggunakan keterampilan komunikasi yang efektif untuk terlibat interaksi dengan orang lain.
 Lalu, bagaimana dengan peluang dan kesempatan karir bagi lulusan ilmu komuniksi (communication studies)?
 Sebagai lulusan ilmu komunikasi, anda akan memiliki banyak kesempatan kerja. Lulusan ilmu komunikasi dapat bekerja sebagai Tenaga Humas di Pemerintahan, marketing manajer, konsultan, pengajar, periklanan/advertising, dunia broadcasting, penyiar radio, bekerja di industri media baik itu televisi maupun online, personalia, EO (event organizer), jurnalis, dan dunia hubungan masyarakat atau public relations.

Fenomena Jurusan Ilmu Komunikasi

Stisipol Petta Baringeng.

 

PERKEMBANGAN media massa televisi, radio, internet, dan koran, kini seperti cendawan di musim hujan. Efeknya, banyak orang yang ingin bekerja di bidang itu. Hal itu pun mendorong maraknya pembukaan program studi ilmu komunikasi di perguruan tinggi.
Zaman Orde Baru, perusahaan koran yang memiliki Surat Izin Umum Penerbitan Pers (SIUPP) cuma 321. Saat itu media televisi juga hanya TVRI. Tapi, setelah Mei 1998, semuanya berubah. Reformasi membawa angin baru. Media massa cetak muncul seperti cendawan di musim hujan. Hanya dalam tempo satu tahun setelah reformasi, jumlah media massa cetak berubah menjadi 852 perusahaan. Kini, jumlah itu berkembang terus.
Lantas media elektronik, televisi dan radio, serta internet juga mengalami booming luar biasa. Sejak diterbitkannya UU Penyiaran, televisi nasional bertambah menjadi 10. Radio, sudah tidak terhitung.
Di tingkat lokal Makassar saja, televisi sudah marak. Lihat saja kemunculan FajarTV, Makassar TV dan lain-lain
Perubahan-perubahan tadi diduga menjadi penyebab banyaknya orang yang ingin bekerja di tempat itu. Hal ini telah menggugah pengelola perguruan tinggi di Indonesia untuk membuka program studi baru yang terkait kebutuhan industri. Sebut saja salah satunya, di bidang sosial, lulusan ilmu komunikasi.
Tidak tentu jumlah fakultas, departemen atau jurusan ilmu komunikasi di Indonesia. Untuk sisi Makassar saja, 10 jari habis untuk mendata universitas, dan sekolah tinggi yang memasang iklan disiplin ilmu tersebut.
LANTAS apa alasan mahasiswa memilih Jurusan Ilmu Komunikasi STISIPOL PETTA BARINGENG? Sesuai dengan ilustrasi perkembangan perusahaan media massa, orang memilih Jurusan Ilmu Komunikasi karena dianggap memiliki masa depan cerah. Orang yakin, dengan memilih fakultas ini mencari kerja pun mudah.
Umpamanya, Syawal, mahasiswa Stisipol Petta Baringeng angkatan 2006. Ia punya tujuan yang sangat sederhana ketika ditanya alasan memilih Jurusan Ilmu Komunikasi. Ia berkata, “Dunia entertaiment tidak bakal mati.”
Selain Syawal, beberapa mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi dari beberapa kampus lain, juga menyatakan hal yang mirip. Rata-rata punya keinginan praktis. Misalnya, ada yang ingin jadi jurnalis, humas, Master of Ceremony, dan penyiar radio.
Tapi, faktanya jarang mahasiswa baru yang paham terhadap pilihannya. Mahasiswa mengeluh kenapa masuk ilmu komunikasi masih harus belajar sosiologi, psikologi, antropologi dan cabang-cabang lain dalam ilmu sosial. Malah, ada yang mengeluh kenapa harus belajar statistika. Padahal, konon, anak-anak yang masuk ilmu komunikasi karena tidak mau bertemu hitung-hitungan matematika seperti statistika.
Ketidaktahuan atau ketidakpahaman calon mahasiswa terhadap program studi lumrah terjadi di mana-mana. Wajar, karena sejak awal calon mahasiswa hanya melihat dari brosur yang eye catching. “Sebelum masuk, gua nggak tahu Jurusan Ilmu Komunikasi ini makhluk apa. Sekarang juga masih meraba-raba,”
Ketua Stisipol Petta Baringeng Berpendapat sejak awal ilmu komunikasi ada di Indonesia memang sudah terkait dengan citra sebagai ilmu praktis. Saat Jurusan Ilmu Komunikasi berdiri, mahasiswa yang masuk fakultas ini selalu dikaitkan dengan tujuan menjadi wartawan.Padahal masih banyak peluan yang dapat diberikan seperti menjadi pengawai negeri sipil di bagain kehumasan dan Penyuluhan KB ini adalah formasi untuk jurusan Ilmu Komunikasi
Ia menjelaskan, keberadaan ilmu komunikasi itu tidak lepas dari dua arus di Amerika dan Jerman. Orang Amerika memang memiliki kesan ilmu komunikasi sebagai ilmu praktis. Dan, di Jerman, konsentrasi pelajar mengarah pada kajian filsafat ilmu dari ilmu komunikasi.
Namun, di Amerika, kata Ketua Petta Baringeng ini, citra praktis tidak lantas membatasi ruang gerak disiplin ilmu komunikasi. Di negeri paman sam, seorang yang belajar komunikasi bisa menjadi sutradara, direktur suatu perusahaan, dan penulis skenario. Dasarnya komunikasi, tapi penggunaannya bisa kemana-mana.
 “Karena itu untuk menjadi seorang spesialis, mahasiswa Jurusan Komunikasi butuh waktu panjang,” katanya.
Namun, di balik sebuah kekuatan ada pula tantangan. Ilmu komunikasi terus berkembang. Malah lebih pesat dari apa yang diajarkan di kampus. Misalnya, lihat perkembangan teknologi komunikasi saat ini ada tanda-tanda menggeser teori ilmu komunikasi massa.
Umpamanya, teori yang mengatakan bahwa komunikasi massa bersifat satu arah, ternyata perlu dikoreksi dengan hadirnya sifat interaktif di media televisi dan radio. Lalu, teori yang menyebut media cetak dan penyiaran terpisah juga perlu dikoreksi.
Tantangan lain tentu pada kemampuan kampus menyerap teknologi komunikasi. Menurut Ketua Jurusan Ilmu  Komunikasi Petta Baringeng, tidak semua kampus memenuhi sarana laboratorium, seperti, multimedia dan audivisual. Namun Dalam Menjawab Tantangan tersebut Jurusan Ilmu Komunikasi berani menjawab tantangan dengan membuka laboratorium Komunikasi yakni jaringan Internet dan Radio FM, rencana kedepan akan membuka studio teater.
Masalah-masalah lain yang sedang dihadapi oleh program studi ilmu komunikasi adalah kurikulum. Rata-rata kampus baru mengoreksi kurikulumnya 2-3 tahun sekali. Tapi, siapa yang bisa menerka berapa cepat perubahan teori dan teknologi di luar kampus? yakin kurikulumnya selalu siap mengantisipasi perubahan. Ia mengklaim selalu menyimak gejala perubahan sehingga kurikulum bisa direvisi.
Ketua Petta Baringeng mengatakan, mahasiswa dan dosen ilmu komunikasi sudah selayaknya gaul. Bukan cuma ke dunia gemerlap, tapi aktif mengikuti seminar, dan membuka jurnal ilmiah guna mengetahui perubahan. “Kalau nggak begitu bisa ketinggalan,” katanya.
Jika tidak gaul, mahasiswa ilmu komunikasi bakal kerepotan bersaing. Sebab, sudah mulai era campur aduk. Mahasiswa dengan dasar ilmu teknologi saja sudah mulai belajar ilmu komunikasi. Nah, mampukah kampus dan mahasiswa ilmu komunikasi membaca situasi ini? (Jamal Hasan Basir).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar